Showing posts with label public transportation. Show all posts
Showing posts with label public transportation. Show all posts

Tuesday, December 13, 2011

Penumpang BRT Semarang

Lama gak naik BRT ... beberapa hari ini mulai pilih bus sebagai sarana pergi ke kantor lagi dan seperti biasa buku kecil dan drawing pen menemani perjalanannku ... disamping tentu saja iPod juga.
Ini beberapa sketch yang telah saya buat baru baru ini.
Seorang gadis dengan rambut panjang.

Seorang anak muda dengan rambut jabrik yang trendy dan sorang bapak tua yang tertidur.

Seorang bapak dengan seorang anak di pangkuannya.

Wednesday, August 31, 2011

Bandung and Dieng plateau

After Bandung (below you see a sketch of the trainstation of Bandung) we made a traintrip to Wonosobo. There we visited the Dieng plateau, with its beautiful multicoloured lakes and geisers. And a fantastic detailed old hindu temple, over 1200 years old (see sketch).
We also noticed that this region has a lot of potato and tobacco agriculture, I managed to sketch a man carrying (I think) tabacco leaves over the steep fields.
 

Friday, June 10, 2011

Pengamen dalam bus


MUSIK ADALAH JALAN HIDUP KAMI

Pengamen ini dijamin ada dalam bus AC pagi nomor 16 Lebak Bulus-Rawamangun. Membawakan tembang-tembang religious dan pop melayu. Suaranya khas dan renyah bagi kami para penumpang yang masih mengantuk karena kurang tidur.
Berbicara soal pengamen memang tidak ada habis-habisnya. Mereka adalah pemusik yang menyandarkan hidupnya pada sedekah dari pendengarnya atas musik mereka. Terkadang mereka menyanyi atau bermain alat musik seadanya hanya untuk bisa menyambung hidup hari itu saja, kadang juga mereka adalah musisi yang handal, dengan modal belajar musik otodidak dan dari belajar di jalan. Tema lagu merekapun amat sangat bervariasi: top 40 indonesia, top 40 barat, classic slow rock, religious islam, religious kristen, cult Ebiet G Ade, cult Iwan Fals, lagu-lagu daerah Betawi sampai pada lagu anthem "anak jalanan". Tergantung siapa yang menyanyikan, kita bisa menikmati, tapi ada juga yang asal-asalan. Dan seperti halnya pekerjaan yang lain, pengamen harus konsisten. Suara dan tehnik bernyanyi harus selalu dipoles. Ada beberapa pengamen dalam bus pergi-pulang kantor saya yang selalu saya harap dapat bertemu dan memberi mereka imbalan atas musik yang mereka bawakan bagi kami para pekerja/penumpang (contohnya pengamen diatas).

Pengamen ini bermain pas didepan saya. Jadi saya bisa membuat sketch detail raut muka dan penghayatan lagunya. Walaupun bahasa Inggris yang blepotan dan asal ucap, olah vokal dan musiknya top punya.

Yang satu ini temanya religious Kristen. Lagu favoritnya adalah El Shadai yang refnya diulang-ulang dengan penghayatan yang dalam. Layaknya didalam gereja dan kebaktian-kebaktian.
Tamara Rendi, seorang musisi jalanan dengan spesialisasi lagu-lagu religious kristen. Sangat bersahabat dengan penumpang dan para supir dan kernet. Kadang dia juga ikut memanggil2 para penumpang dan memberi "bocoran" info pada para kernet tentang bus yang sudah lewat atau yang belum. Pada saat selesai malah mengobrol dengan para penumpang dibelakang. Suaranya yang lantang, sengau dan khas (mungkin Batak atau Manado) bisa terdengar di belakang saat bercengkrama dengan penumpang lainnya. Dia juga sangat religious dan selalu menyempatkan diri bersaksi dan dalam Kristus dalam setiap aksinya. Sampai sekarang saya tidak tau apakah Rendi ini seorang laki atau perempuan, walaupun penasaran saya tidak akan cari tahu.

Ada juga yang tampangnya sangat nge-Rock tapi pada saat menyanyi malah membawakan ladu-lagu daerah dan tembang2 pop Betawi ala Benyamin n Ida. Yang membanggakan, dia membawakan lagu-lagu ini dengan campuran alunan musik kroncong dan latin classical (ala Marc Antoine n Santana). Hebat bukan?

Mari kita dukung terus para pengamen kita ini. Beri mereka sesuatu untuk lagu-lagu yang mereka bawakan untuk kita. Siapa yang tahu tentang nasib mereka apabila Pemda Jakarta tiba-tiba mentertibkan dan meniadakan keberadaan mereka dari alat transportasi umum kita? Yang tertinggal hanyalah sketsa-sketsa ini. Hidup musik, hidup para pengamen.

Monday, December 28, 2009

SoeRockbaya

Berada di Surabaya rasanya hampa jika tidak ada sketsa. Owh lebaynya. Oke, langsung saja ya. Berikut ini adalah hasil beberapa sketsa saya saat di Surabaya dan sekitarnya. Untuk yang sketsa lumpur Lapindo mungkin segera menyusul.



Semua pewarnaan menggunakan Sakura KOI Water colors. Komentar dan kritikan sangat saya harapkan supaya bisa berkembang dan lebih baik lagi.

Antown

Monday, December 14, 2009

THE LEGACY FROM INDIA



Our beloved city, Jakarta has an endangered species. Almost endangered species actually, because it still can be found in almost every corner of Jakarta, roaring...and running free against the wind. But in some part of East Jakarta it cannot be found anymore.

Actually it's not our local species, it was imported from India many years ago. It became famous in Indonesia especially Jakarta even before Amitabh Bachchan and Shahrukh Khan. I'm sure you all know what it is. Yes...It is Bajaj ( bajai ), a three wheels motor vehicle that used as a public transport. In Indonesia, this vehicle named after the biggest automotive company in India, Bajaj Auto meanwhile people in India called this vehicle "Tuk-tuk".

I took the sketch from Jembatan Merah Trans Jakarta shelter, which located in Jalan Gunung Sahari Raya, Central Jakarta. That day, the shelter were full of people. Some people were waiting for the bus and the others were rushing around the shelter. I don't know why those people always looks in a rush (just like John Lennon said: Everybody seems to think I'm lazy. I don't mind. I think they're crazy. Running everywhere at such a speed. Till they find there's no need). But I didn't give a damn about that. So instead of waiting in line or rushing around, I decided to sketch the view outside.

And there were those bajajs...

The legacy from India....

Standing, waiting...fighting for survival.



If you find my english in this writing awful...please do apologize.

sketch: drawing pen snowman 0.05 on maruman artist paper 204.5 g.