Pulau Bintan terletak di gugusan kepulauan Riau (sekarang menjadi propinsi sendiri yaitu Kepri - Kepulauan Riau) yang terdiri dari beberapa pulau besar dan kecil. Bertetangga langsung dengan negeri tetangga seperti Singapur dan Malaysia jadi percampuran masyarakatnya sangat kental dengan orang-orang Melayu dan Cina totok. Bintan dulu terkenal karena menghasilkan banyak mineral (Bauksit) bagi negara ini. Berpuluh-puluh tahun dia disayang-sayang BUMN kita, AnTam (Aneka Tambang), tanahnya dan alamnya benar-benar di eksploitasi sehingga kaya raya lah negara kita. Penduduknya pun banyak yang jadi pegawai AnTam, bahkan mayoritas meninggalkan keahlian mereka sebagai nelayan demi mencari pekerjaan pasti (tunjangan dan pensiun tetap) dari BUMN ini. Kota-kota disekitarnya pun terkena imbas booming ini terutama Tanjung Pinang sebagai ibukota pulau Bintan.
|
Suasana dalam Ferry Baruna dari Batam ke Tanjung Pinang. |
|
Sejenak menunggu sodara di bandara Hang Nadim Batam sebelum menuju pelabuhan Ferry |
|
sketching seorang penumpang yang pulas tertidur walaupun Ferry terombang ambing ombak |
Syahdan 30-40 tahun berselang, mulailah hasil bumi itu mengering. Gunung-gunung habis dikeruk, tanah-tanah habis digali. Yang tertinggal adalah para pegawai yang kehabisan pekerjaan. Banyak penduduknya hijrah ke kota-kota dan pulau-pulau sekitarnya seperti di Bangka, Belinyu dan Batam (bahkan Singapura) atau jauh sekalian sampai ke Jakarta (contohnya mertua saya dan keluarganya) demi melanjutkan mencari nafkah pasca pertambangan. Tetapi kebudayaan, kekeluargaan dan keindahan alam yang sudah luka ini tidak habis begitu saja. Udaranya masih sangat sejuk, kedai-kedai kopinya masih ramai dan makanan lautnya tetap murah dan nikmat bahkan daerah ini tetap terkenal sebagai pemasok ikan-ikan segar seperti Tenggiri, bilis/teri dan lain-lain ke Singapur. Perkembangan pariwisata pun sudah mulai baik dengan hadirnya beberapa resor golf dan resor wisata dipesisir pantai Trikora dan sekitarnya. Ibaratnya jalan-jalan kesana itu terasa sekali atmosfir yang kita rasakan ketika menonton film Laskar Pelangi.
|
Pasar Ikan di daerah Bareg Motor, Kijang |
|
Monumen Kijang. Menggambarkan bagaimana kota ini dibangun oleh industri pertambangan Bauksit |
|
Tempat hangout masyarakat Kijang di pasar tua Berdikari. Disini banyak kedai-kedai kopi old school yang tamu2nya itu-itu saja setiap hari. |
Kali ini saya melancong ke kota Kijang dalam rangka menjenguk kerabat istri saya yang sedang sakit keras, saya manfaatkan kesempatan ini untuk mengabadikan beberapa tempat yang menarik perhatian saya dan merupakan landmark di kota Kijang. Sayangnya saya tidak begitu punya banyak waktu untuk sketching di pelabuhan Ferry karena diburu-buru waktu.
Jika anda tertarik untuk melancong ke Bintan ada beberapa rute yang bisa dicoba antara lain langsung ke bandara Tanjung Pinang (tidak semua airline bisa karena bandaranya kecil), naik kapal Pelni (sperti Cirimai dll) atau naik ferry dari pulau Batam. It's worth the visit. Trust me.
Donald Saluling / June 2012
4 comments:
nice ! :D
pengen ngesketch gitu juga jadinya :)
http://japobsganbare.blogspot.com/
sketsa bagus (aspek yang diselect/disketch) dan laporan perjalanannya menarik (straight dan sederhana). I like it. Congratulations guys.
setuju dengan boediono, laporan perjalanannya straight dan sederhana. Hasil tambang bisa habis terkeruk, namun kekayaan bahari bisa diandalkan u membangun daerah ini kembali. Great Job, cess :)
Thx atas responsnya guys. Ayo ramaikan terus blog urban sketchers indonesia.
Post a Comment